Tuesday 19 October 2021

DOA DAN AMALAN NABI MUHAMMAD S.A.W KETIKA HENDAK TIDUR


Amalan Sunnah yang boleh kita lakukan sebelum melaksanakan istirahat atau tidur dari berbagai hadist yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.

 

1. BERWUDHU SEBELUM TIDUR

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” 

(HR:Bukhari dan Muslim)

Di dalam hadist di atas dijelaskan bahwa sebelum tidur sangat dianjurkan untuk melakukan wudhu. Hal ini, tentu selain menjaga kesucian saat tidur juga dapat memberikan kesegaran pada diri kita sebelum tidur.

 

2. TIDUR DENGAN POSISI MENYAMPING KE KANAN

Mengenai masalah posisi tidur yang tepat, Rasulullah menyampaikannya dalam beberapa riwayat hadist berikut. Misalnya saja adalah hadist, 

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Selain dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, tidur menyamping ke kanan juga dianalisa sebagai posisi tidur yang sehat menurut para pakar kesihatan. Hal ini, dikarenakan membantu proses detoks dan lancarnya pernafasan.

 

3. MELETAKKAN TANGAN KANAN DI PIPI KANAN

Riwayat ini menunjukkan bahwa dianjurkan untuk tidur berbaring ke kanan. Hadist serupa juga ditemukan, dan isi riwayatnya adalah, 

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” 

(HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

 

4. JANGAN TIDUR DENGAN POSISI TENGKURAP

Posisi Tidur Menurut Islam ternyata juga sangat penting untuk dilakukan. Mengenai masalah posisi tidur, Rasulullah juga melarang untuk kita tidur dalam posisi yang tengkurap. Hal ini, tentu jika dilihat dari aspek biologi dan kesihatan, sangat tidak sihat karena menggangu kerja jantung dan pernafasan. Hal ini disampaikan dalam hadist,

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” 

(HR: Abu Dawud)

 

5. MEMBERSIHKAN TEMPAT TIDUR

“Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya…” 

(HR: Bukhari dan Muslim)

Sunnah Rasul ini menunjukkan bahawa sebelum tidur hendaknya kita menjaga kebersihan tempat tidur. Saat tidur tentu pernafasan boleh terganggu jika banyak debu atau bakteria. Selain itu kotornya tempat tidur dapat mengganggu kesihatan kulit kita.

 

6. TIDUR SESEGERA MUNGKIN SETELAH ISYAK

“Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadist ini disampaikan bahwa hendaknya kita tidur setelah melaksanakan shalat isya. Walaupun shalat isya memiliki waktu yang panjang, akan tetapi jika dilalaikan maka kita bisa saja meninggalkannya. Misalnya bangun terlalu siang, akhirnya sampai terlupa untuk shalat isya. Hal ini dikarenakan saat tidur kita tidak sedar dan sangat mudah untuk melalaikannya. Cara Tidur Rasulullah ini sangat baik jika kita terapkan.

 

7. MELAKSANAKAN SOLAT SUNAT WITIR

“Kekasihku yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan kepadaku tiga wasiat: (1) berpuasa tiga hari setiap bulannya, (2) mengerjakan dua rakaat shalat Dhuha, (3) mengerjakan witir sebelum tidur.”

(HR: Bukhari)

Selain shalat isya wajib sebelum tidur, Rasulullah juga menyarankan untuk melaksanakan shalat witir sebelum tidur. Shalat witir sangat baik dilakukan karena selain mendapatkan pahala dari Allah, membantu kita menenangkan diri dan berdoa sebelum tidur. Shalat witir atau Shalat Malam Sebelum Tidur Menurut Islam tentu saja diperbolehkan, dan akan lebih baik jika dilanjut dengan Tahajjud setelah tidur, dan bangun dinihari.

 

8. MEMBACA DOA SEBELUM TIDUR

Membaca doa sebelum tidur dapat juga memberikan ketenangan dan juga menjadikan tidur sebagai ibadah yang kita lakukan. Untuk itu, Rasulullah mengajarkan doa sebelum tidur yang disampaikan dalam riwayat hadist berikut.

Dari Hudzaifah, ia berkata, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” 

(HR: Bukhari)

 

9. MENIUP TELAPAK TANGAN

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” 

(HR: Bukhari)

Hadist diatas menunjukkan bahwa maksudnya meniup telapak tangan bukan sekdar meniup, namun juga memiliki makna doa dan dzikir yang ditujukan kepada Allah SWT. Jangan terjebak kepada persoalan teknik meniupnya, maksudnya adalah dengan berdoa dan membaca kalimat dzikir lainnya.

 

10. MEMBACA AYAT KURSI

Persoalan membaca ayat kursi sebelum tidur juga disampaikan oleh Rasulullah dalam riwayat hadist berikut, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendus ta. Dia itu syetan“. 

(HR. Bukhari)

 

Sebetulnya selain membaca ayat kursi kita juga boleh membaca ayat-ayat Al-Quran lainnya yang sesuai dengan konteks dan keperluan kita. Untuk itu diperbolehkan membaca ayat-ayat lainnya, surat-surat pendek, yang kita hafal.


Sekian himpunan petua Manusia teragung di dunia.

 


4 Sumber Hukum Islam yang Disepakati Ulama

 


AL-QURAN DAN HADITH adalah sumber asasi bagi ilmu fiqh Islam, yang mana permulaannya ialah pada zaman Rasulullah. Sumber ini bertambah mengikut peredaran masa dan bidang luas ilmu fiqh.

Selain al-Quran dan hadis ialah pendapat Rasulullah yang dinamakan IJMA’. Maksud dengan ijma’ ialah persetujuan atau permuafakatan ulama di atas satu perkara atau hukum yang tidak ada nas dari al-Quran dan hadis pada satu-satu masa.

Di sana ada juga AL-QIYAS. Ini kerana hukum syarak pada gholibnya mempunyai beberapa ‘ilah atau sebab-sebab yang boleh diketahui. Apabila ada hukum yang dinaskan, maka bolehlah dipindahkan hukum itu kepada perkara yang tidak ada nas jika ada ‘ilahnya. Ini seperti wajib zakat pada padi adalah diqiyaskan daripada gandum. Ini kerana ada sama pada ‘ilatnya iaitu mengeyangkan dan tahan disimpan.

Maka dapat dibuat kesimpulan, bahawa al-Quran, hadis, al-Ijma’ dan al-Qiyas adalah sumber hukum yang terus hidup subur dan menjadi perbendaharaan besar yang membuka luas pintu bidang ilmu fiqh Islam. Ia menambah perbendaharaan dan kekuatan dalam hukum Islam.

Pada tahun 100 Hijrah iaitu pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, beliau menghantar ulama dan fuqaha’ ke seluruh negara.

Seterusnya, kerajaan Bani Ummaiyah hilang, timbul pula kerajaan bani Abbasiyah. Selain itu, berlaku pertelingkahan antara orang ‘Alawiyyin dengan orang ‘Abasiyyin. Begitu juga antara Syiah dan Khawarij.

Turut berlaku pada masa itu, penyambungan antara pemikiran orang Arab dan Yunani iaitu sebagai natijah daripada terjemahan dan pemindahan ilmu pengetahuan.

Pada masa itu juga mula disusun sunnah nabi, fatwa dan pendapat ulama. Ilmu fiqh pada waktu itu masyhur ke seluruh pelosok negeri. Ramai orang yang mengikutnya dan beramal dengannya. Sebagai natijahnya lahirlah beberapa golongan atau pengikut fuqaha.

Para ulama menyepakati ada 4 sumber hukum Islam. Dalam moraref atau portal akademik Kementerian Agama dalam tulisan bertajuk Asas-asas Hukum Kewarisan dalam Islam karya M Naskur disebutkan sumber hukum Islam.

 

Berikut sumber hukum Islam:

 

1. AL-QUR’AN

Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan ke dalam hati Nabi Muhammad SAW. Tulisannya berbahasa Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril.

Al Quran juga merupakan hujjah atau argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum yang wajib dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat serta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Al Quran sebagai kalam Allah SWT dapat dibuktikan dengan ketidaksanggupan atau kelemahan yang dimiliki oleh manusia untuk membuatnya sebagai tandingan, walaupun manusia itu adalah orang pintar.

Dalam surat Al Isra ayat 88, Allah berfirman:

Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain."

 

2. HADITS

Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa sabda, perbuatan dan persetujuan Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang memerintahkan untuk mentaati Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S

Ali Imran ayat 32:

Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir."

Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai pemberi keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru yang ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.

 

3. IJMA’

Imam Syafi'i memandang ijma’ sebagai sumber hukum setelah Al Quran dan sunah Rasul. Dalam moraref atau portal akademik Kementerian Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan perkembangan Hukum Islam Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu metode dalam menetapkan hukum atas segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-Quran dan Sunnah. Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era globalisasi dan teknologi modern.

Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab Khallaf, merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus para mujtahid dari umat Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syara' mengenai suatu kasus atau peristiwa.

Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma sukuti. Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui pendapat maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu. Ijma sharih ini juga sangat langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan dalam suatu majelis, pertemuan tidak dalam forum pun sulit dilakukan.

Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama melalui cara seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukum satu masalah dalam masa tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas serta diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun di antara mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan pendapat atau menyanggah pendapat itu setelah meneliti pendapat itu.

 

4. QIYAS(ANALOGI)

Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah bentuk sistematis dan yang telah berkembang fari ra'yu yang memainkan peran yang amat penting. Sebelumnya dalam kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki tempat terakhir karena ia memandang qiyas lebih lemah dari pada ijma.

 

Sekian, begitulah fakta yang tidak dapat dinafikan kewujudannya. Sama-sama kita melaksanakannya agar kita dapat hidup dengan tenang dan gembira di dunia dan di Akhirat.

 


Ref:

https://ms.wikipedia.org/wiki/Hukum_dalam_Islam

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

 

 

 



HADIS DAN KISAH BELASAH DAN BUNUH SYAITAN JENIS JIN

  *HADITH 1   RASULULLAH SAW INGIN MENGIKAT JIN IFRIT* "Sesungguhnya jin ifrit telah meloncatiku semalam - atau beliau bersabda d...